Jumat, 25 November 2011

Stand Up Comedy




Sudah 4 minggu ini saya membantu seorang teman dari Canada untuk menyelesaikan kerja lapangan disertasinya. Disela waktu istirahat biasanya kami ngobrol dan dia melontarkan beberapa candaan. Well nadanya sarkastik, dan sulit bagi saya menemukan bagian mana yg lucu. Ya jadinya kalo ketawa cuma "ketawa partisipatif". Browsing di internet ternyata dia quotes lelucon dari Aziz Ansari , Jerry Seinfield, Chris Rock dan beberapa nama lagi yang masuk dalam kategori stand up comedian.
Stand up comedy adalah seni melawak (komedi) yang disampaikan di depan penonton secara langsung (live). Biasanya sang komedian akan melakukan one man show. melemparkan lelucon melalui monolog atau statement dalam satu kalimat yang mengandung humor. Komedian di jalur ini biasanya menulis skrip lawakannya untuk tampil dalam 20-45 menit). Kadang-kadang mereka memakai alat bantu untuk menyampaikan lelucon mereka. Meskipun stand up comedy, pelawak ngga harus terus menerus berdiri, beberapa pelawak menyampkain sambil duduk seperti sedang bercerita pada kita. Sejarah stand up comedy dimulai sejak abad 18 di Eropa dan Amerika. Dalam sejarahnya perkembangan stand up comedy juga ditemui di berbagai benua. Bahkan negeri tetangga Malaysia punya seorang stand up comedian terkenal, Akmal Saleh. India punya Jhony Lever dan dilanjutkan Cyrus Broacha. Mereka juga mengadakan The Great Indian Laughter Challenge.
Favorit stand up comedian saya Daniel Tosh dan Butet Kertarajasa!! Daniel Tosh dengan acaranya Tosh.0. sudah memasuki season 3 di Comedy Central. Karena ngga punya TV kabel ya nontonnya nyicil, jadi baru sampai di Season 2. Segmen paling seru di Tosh.0 adalah Web Redemption, kenapa? he..he.. liat sendiri di situs online acara ini :). Memang dalam lawakannya banyak kata-kata yang seharusnya di sensor, racist dan sexist; tapi humor cerdas nya menurut saya outstanding. Versi online-nya di Youtube adalah Daniel Tosh - Completely Serious yang ditonton 1,3 orang.
Browsing selanjutnya saya temukan beberapa blog yg menyatakan genre stand up comedy bukan hal baru di Indonesia. Teringat dulu ada Taufik Savalas (Alm) dengan acara "Comedy Cafe" yang pernah tayang di Trans TV Juli - September 2004 di TransTV. Ada juga Pepeng yang sambil membawakan acara kuis Jari-jari menyelipkan humor segar. Disambung dengan Iwel di DemoCrazy , meskupun ngga bisa dibilang dia melakukan Stand Up Comedy murni. Tidak lupaButet Kertarajasa yang legendaris lewat monolognya ( ehm.. saya minggu lalu nonton Laskar Dagelan di TBY dan sulit untuk ngga ketawa dalam rentang waktu 3 jam pertunjukan). Raditya Dika. sepertinya sedang mencoba masuk jalur ini. Raditya Dika mulai melontarkan statement2 sarkasme(meskipun tidak dilakukan monolog) di peluncuran bukunya atau di Provocative Proactive yang dia bawakan.
Ngga cuma on air, ternyata Indonesia punya Stand Up Comedian yang off air juga. Mereka biasanya manggung di Comedy Cafe- Kemang. Ada nama Ramon P.Tommybens sebagai seniornya stand up comedy Indonesia. Ada juga Dila Dill yang sudah melawak sejak umur 6 tahun.
Stand up comedy kurang populer karena mainstream industri lawak masih pada physical comedy. Pak Bendot (Alm) di Srimulat terus di Bully untuk memancing tawa penonton. Aziz gagap di paksa duduk di kursi stereofoam, Omas ditertawakan atas bentuk bibirnya dan dipaksa berdandan tak enak dipandang agar penonton tergelak. Anggapan lain, lawakan hanya bisa muncul bila delakukan melalui percapakan, bukan monolog.
Ya...meskipun bisa dikatakan Stand Up Comedy kurang pupuler di Indonesia, paling tidak masih ada sekelompok pelawak yang sadar kalau lawakan ngga harus stagnan di lingkup slapstick.
Anyway, siapa stand up comedian favoritmu?

Perbedaan Konsep Cinta Antara Pria Dan Wanita


Perbedaan Konsep Cinta Antara Pria Dan Wanita


Konsep cinta antara pria dan wanita memang berbeda. Namun, bukan berarti tak bisa disatukan. Karena sesungguhnya, justru perbedaan itu lah yang membuat mereka saling melengkapi.

Sejak kecil, kita sudah diajarkan untuk mengenal cinta, walapun penerapannya berbeda setelah kita menginjak dewasa. Itulah sebabnya, mengapa pengertian cinta antara pria dan wanita, pada akhirnya juga berubah dan berbeda. Nah, seperti apakah perbedaan cinta di mata pria dan wanita?

Wanita: cinta=perhatian

Pria: cinta=kepercayaan

Salah satu tanda cinta bagi wanita adalah perhatian. Kita senang memberi sekaligus menerima perhatian. Sekecil apa pun perhatian yang diberikan pasangan, kita akan merasa istimewa dan dicintai. Misalnya, dikirimi SMS setiap hari, meski pesannya hanya uapan selamat pagi atau selamat tidur.

Sementara buat para pria, yang menyamai arti perhatian adalah kepercayaan. Pria menganggap jika pasangan yang dicintainya memberikan kepercayaan penuh padanya, itu berarti sang kekasih meyakini bahwa ia telah melakukan yang terbaik bagi mereka berdua. Para pria tak suka dibanjiri SMS. Apalagi jika pesannya berisi, "Kamu di mana?" Selain mengganggu, pesan ini seolah menunjukkan kita tak memercayainya.

Wanita: butuh pengertian

Pria: butuh penerimaan

Selain perhatian, hal lain yang kita butuhkan dalam hubungan adalah rasa dimengerti. Kaum pria memang sulit memahami kita. Namun, mereka punya cara untuk mengatasinya. Banyak pria diberi kemampuan mendengarkan keluh kesah kita tanpa menghakimi. Ia juga dapat memeberikan empatinya. Sikap pria yang lebih mudah memahami ini bukan didapat dari mengetahui pikiran atau perasaan seorang wanita. Ini karena pria selalu berusaha mengumpulkan makna-makna dari apa yang dia dengar dan dia lihat untuk membenarkan apa yang disampaikan kekasihnya.

Sementara, wanita yang kadang tidak berdaya mengubah kekasihnya akhirnya dengan penuh cinta menerima Si Dia apa adanya. Dan, inilah yang membuat pria merasa bahagia dan sangat dicintai.

Wanita: ingin dihormati

Pria: ingin dihargai

Kita akan merasa dihormati bila pria menanggapi dengan mengakui dan mengutamakan hak-hak, harapan dan kebutuhan-kebutuhan kita. Jika tingkah laku Si Dia selalu mempertimbangkan pikiran-pikiran dan perasaan kita, pasti kita akan merasa senang dan dihormati. Betul, kan?

Sedangkan bagi pria, penghargaan atau dihargai merupakan reaksi alami terhadap perasaan didukung. Jika usahanya dihargai, pria akan tahu bahwa usahanya tidak sia-sia. Nah, hal ini bisa mendorong pria untuk bisa berbuat lebih banyak. Pria yang merasa dihargai secara otomatis lebih bersemangat dan terdorong untuk lebih menghormati pasangannya.

Wanita: butuh kesetiaan

Pria: lebih butuh rasa kagum

Diakui atau tidak, ketika sedang jatuh cinta kita selalu ingin pasangan berada di sisi kita, kalau perlu 24 jam penuh. Ini menandakan kita memang sangat menginginkan dan mengagungkan kesetiaan. Nah, kaum pria merasa bila si pasangan mengagumi dan menghormati hak-haknya, dengan ikhlas ia akan membaktikan diri dan menyanjung si pasangan.

Sebaliknya, jika wanita diperlakukan sebagai sosok yang terpenting dalam kehidupan pria tercintanya, maka kita akan dengan mudah memberikan kekaguman pada pasangan.

Wanita: mengharap ketegasan

Pria: mengharap persetujuan

Setiap pasangan yang akan memulai hubungan, biasanya akan menunjukkan sikap persetujuan dan ketegasan. Sebagai contoh, kita selalu membutuhkan ungkapan rasa cinta dan sayang yang diutarakan lewat kata-kata. Kita membutuhkan kata "jadian" terucap dengan jelas, tegas dan langsung sebagai bukti keabsahan hubungan.

Sementara pria merasa dengan kata "mau", atau anggukan, atau ungkapan persetujuan lain dari kita sudah cukup menunjukkan bahwa kita bersedia menjalin hubungan bersamanya.

Nah, setelah pria menerima persetujuan yang dibutuhkan, dia akan jadi lebih mudah untuk menghargai perasaan kita. Sedangkan kita akan merasa lebih dicintai jika pria yang kita cintai memberikan pengasan secara berulang. 


Senin, 21 November 2011

KEPEMIMPINAN


Kepemimpinan dalam organisasi




Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :

  Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942)
  Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individudalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial
  Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
  Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
  Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Muncul dua pertanyaan yang menjadi perdebatan mengenai pemimpin,
  Apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempat?
  Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan dari satuorganisasi ke organisasi yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat berikut :
  Pihak yang berpendapat bahwa “pemimpin itu dilahirkan” melihat bahwa seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinannya.
  Kubu yang menyatakan bahwa “pemimpin dibentuk dan ditempa” berpendapat bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
  seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
  bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya
  ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
Untuk menjawab pertannyaan kedua dapat dirumuskan dua kategori yang sudah barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi:
  Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dilaihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang sama diorganisasi lain
  Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain.
  Tipe-tipe Kepemimpinan :
  Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinanotokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalambentuk :
  kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
  pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
  Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
·         menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
·         dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
·         bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
·         menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
  Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
  Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
  Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasiterdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah :
  pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
  pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
  Status quo organisasional tidak terganggu
  Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
  Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum.
·         Tipe Demokratik
·         Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
·         Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
·         Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
·         Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
·         Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
·         Ciri ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ideal antara lain :
·         Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalamhirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
·         Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang
·         Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
·         Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan dalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
·         Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
·         Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
·         Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasiantara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
·         Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
·         Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
·         Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya.  Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
·         Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
·         Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik organisasional adalah “SWOT”.
·         Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting
·         Naluri yang Tepat, kekampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
·         Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.
·         Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
·         Keteladanan,s seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
·         Menjadi Pendengar yang Baik
·         Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal, temporal dan spatial.
·         Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
·         Ketegasan
·         Keberanian
·         Orientasi Masa Depan
·         Sikap yang Antisipatif dan Proaktif
·         KERETAKAN DALAM ORGANISASI
Salah paham dalam menerima dan menafisrkan pesan.
·         Prosedur hubungan dalam organisasi tidak diikuti dengan benar. Misalnya, arahan dari pihak atasan langsung ke level paling bawah, tanpa mengambil peranan pihak tengah (middle level) dalam organisasi.
·         Kurangnya komitmen penuh dalam kerja organisasi. Aturan organisasi tidak dipahami dan dihayati pleh anggota organisasi.
·         Adanya kepentingan pribadi. Organisasi dipergunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
·         Permasalahan yang tidak kunjung selesai, sehingga tidak muncul kondisiorganisasi yang nyaman.
·         Tidak adanya pembagian kerja dan juga pembagian keuntungan yang adil..
Keretakan dalam organisasi dapat menumbuhkan citra negatif, dengan permasalah yang saling terkait, antara lain :
·         Keretakan hubungan antara anggota organisasi.
·         Perselisihan yang terus berlarut-larut dan suasana organisasi yang muram.
·         Wujud sikap mementingkan diri sendiri.
·         Produktivitas organisasi merosot.
·         Ketidakstabilan organisasi akibat dari retaknya hubungan.
·         Penyalahsunaan kekuasaan, mementingkan diri sendiri
·         PEMIMPIN VISIONER
Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
·         Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
·         Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat “relate skillfully” dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi(investor, dan pelanggan).
·         Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
·         Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan “ceruk” untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:
·         Visualizing.  Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
·         Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
·         Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
·         Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu
·         Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
·         Taking Risks.  Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
·         Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruhorganisasi.
·         Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan  golongan tertentu.
·         Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama  dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
·         Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau  tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Burt Nanus (1992),  mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan  kepemimpinannya, yaitu:
·         Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana  seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get-go.” Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktekkepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
·         Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
·         Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visiorganisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depanorganisasi.”
·         Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh “pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah “pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih,  lebih tepat untuk ditunjuk  sebagai “player-coach.”