TUGAS : BAHASA INDONESIA 2#
DOSEN : ANITA WASUTININGSIH
NPM : 13110400
KELAS : 3KA28
NAMA : IKA INTAN RAHMAWATI
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan).
Jenis-jenis
Silogisme
Berdasarkan bentuknya,
silogisme terdiri dari;
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial
adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi
premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis
tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis
Mayor)
Akasia
adalah tumbuhan (premis minor).
∴ Akasia
membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme
Katagorik.
- Apabila salah satu premis bersifat
partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal
dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan tidak menyehatkan
(minor).
∴
Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
- Apabila salah satu premis bersifat
negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian pejabat korupsi (minor).
∴
Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
- Apabila kedua premis bersifat
partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut
tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya
bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
- Apabila kedua premis bersifat
negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak
ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan
dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua premis tersebut
tidak mempunyai kesimpulan
- Apabila term penengah dari suatu
premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua
ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini
adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
- Term-predikat dalam kesimpulan
harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak
konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau
adalah binatang.(premis 1)
∴
Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi
merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
- Term penengah harus bermakna sama,
baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna
ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
∴
Januari bersinar dilangit?
- Silogisme harus terdiri tiga term,
yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut
tidak dapat diturunkan kesimpulannya
Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik
adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan
premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
∴ Saya
naik becak (konklusi).
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan,
bumi akan basah (mayor).
Sekarang bumi telah basah (minor).
∴ Hujan
telah turun (konklusi)
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan
dengan paksa.
∴
Kegelisahan tidak akan timbul.
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
∴
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme
Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran
konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila
antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
- Bila A terlaksana maka B juga
terlaksana.
- Bila A tidak terlaksana maka B
tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B terlaksana, maka A
terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B tidak terlaksana maka A
tidak terlaksana.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif
adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
∴ Jadi,
Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimen
Silogisme ini jarang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen:
- Dia menerima hadiah pertama karena
dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara
ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif
adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan
premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu
alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik
istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
- Silogisme disyungtif dalam arti
sempit
Silogisme disjungtif
dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. Contoh:
Heri jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
∴ Ia
tidak jujur (konklusi).
- Silogisme disjungtif dalam arti
luas
Silogisme disyungtif
dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif. Contoh:
Ternyata tidak di rumah.(premis2)
∴ Hasan
di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme
Disjungtif
- Silogisme disjungtif dalam arti sempit,
konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya
valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata Hasan berbaju putih.
∴ Hasan
bukan tidak berbaju putih.
- Silogisme disjungtif dalam arti
luas, kebenaran konklusinya adalah
- Bila premis minor mengakui salah
satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi adalah guru.
∴ Maka
Budi bukan pelaut.
- Bila premis minor mengingkari
salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
∴ Dia
lari ke Solo?
Konklusi yang salah
karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
REFERENSI :
Lanur, Alex. 1983.
Logika Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius.
Mundiri. 1994.
Logika. Jakarta: Rajawali Pers.